Social Icons

Pages

PEMERINTAH MENGALIHKAN ISUE POLITIK

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal. 1

PEMERINTAH MENGALIHKAN ISUE POLITIK

PEMERINTAH mengalami performance yang semakin tidak mendapatkan simpati rakyat, sehingga membuat pemerintah melakukan manuver-manuver. Diantaranya mengalihkan perhatian rakyat, dari masalah sehari-hari yang dihadapi, seperti naiknya harga-harga barang, menjadi dimunculkannya isue politk lainnya. Tujuannya sangat jelas yaitu untuk menutupi kinerja pemerintah yang semakin hari semakin hilang kepercayaan dirinya untuk melakukan pembenahan.

Isu aktual terakhir yaitu mengenai gas LNG Tangguh yang dihembuskan oleh pemerintah. Dalam suatu kesempatannya, Wapres Jusuf Kalla mengatakan bahwa harga jual gas LNG Tangguh yang dilakukan saat Hj Megawati Soekjarnoputri menjadi kepala pemerintahan dianggap terlalu murah, sehingga dianggap merugikan pihak Indonesia.

Padahal sebagai mantan kabinet gotong royong 2001-2004 dibawah kepemimpinan Presiden Hj Megawati Soekarnoputri, harusnya Wapres Jusuf Kalla maupun Presiden SBY tahu betul permasalahannya, serta apapun kebijakannya mereka berdua ada dalam kabinet.

Sebagaimana dikemukakan oleh Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro, bahwa gas LNG Tangguh Indonesia sudah hampir 20 tahun ditawarkan ke berbagai negara tetapi tidak ada yang mau beli. Sedangkan di sisi lain persediaan gas yang melimpah dituntut dapat menghasilkan devisa bagi negara sehingga dapat menutup defisit maupun anggaran belanja negara. Sehingga pada saat Republik Rakyat China bersedia membeli gas LNG Tangguh langsung disiapkan kontrak kerjasamanya. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa, inipun melalui proses negosiasi yang panjang.

Rencana negosiasi ulang yang hendak dilakukan pemerintah RI saat ini terhadap RRC dapat dipandang baik jika ada tawaran harga yang signifikan, dan yang paling penting bukanlah sekedar basa-basi.

Melihat posisi politik pemerintah RI yang cukup lemah saat ini, besar dikhawatirkan bahwa rencana tersebut hanyalah tinggal rencana, alias hanya wacana saja. Jangankan untuk melakukan negosiasi ulang, untuk mengurusi urusan luar negeri yang lain dan urusan dalam negeri saja pemerintah RI yang sekarang sudah kepayahan.

Jangan-jangan isu ini dimunculkan pemerintah RI saat ini hanya untuk kepentingan komoditi politik

saja. Tolok ukurnya jelas, menghadapi Pemilu 2009 yang kian dekat performance pemerintah semakin merosot turun. Sederhananya dapat dilihat dari popularitas partai utama pendukung pemerintah saat ini yang merosot. Ditambah lagi dengan hasil Pilkada sejak 2005-2008 dimana calon yang diusung oleh partai pendukung pemerintah selalu kalah dimana-mana.

Kubu oposisi yang diperankan oleh PDI Perjuangan dalam menyikapi aneka kebijakan pemerintah secara kritis, jelas-jelas menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai yang dianggap paling konsisten menyuarakan aspirasi rakyat. Ini dapat dibuktikan oleh berbagai survei dan dengar pendapat langsung ke rakyat.

Belum lagi pembenahan konsolidasi internal PDI Perjuangan semakin mengokohkan kinerja politik partai terhadap masyarakat. Sebagaimana dapat terlihat peranan kader PDI Perjuangan cukup signifikan berperan dalam aktivitas sosial kemasyarakat. Seperti pendampingan hukum bagi masyarakat, tempat pengaduan rakyat, kegiatan RT/RW di lingkungan, dll. Sekjen DPP PDI Perjuangan, Pramono Anung, tegaskan bahwa popularitas kubu oposisi alias PDI Perjuangan membuat pemerintah kebakaran jenggot. Wajar saja dalam keadaan demikian isu-isu basi bermunculan, bagi PDI Perjuangan ini tetap tidak menyurutkan perjuangan. Jauh hari PDI Perjuangan sudah ingatkan tentang politik tebang pilih yang dilakukan pemerintah saat ini, termasuk masalah penanganan hukumnya. (Red)

Bulan Suci dan Menahan Nafsu?

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal. 2

Bulan Suci dan Menahan Nafsu?

(Dwi Wijayanto Rio S)

SURAT AL BAQARAH ayat 185 menyebutkan bahwa pada tanggal 17 bulan Ramadhan adalah sebagai turunnya Al Quran, sehingga ini yang menjadi latar belakang mengapa bulan Ramadhan menjadi bulan yang mulia. Menurut hadist riwayat bukhari, bulan Ramadhan adalah bulan yang terpuji dan penuh barakah. Terkait dengan kaum dhuafa, bulan Ramadhan menuntut manusia untuk peduli terhadap sesamanya. Kaidah perjuangan dimanapun juga menegaskan bahwa muara keberpihakan ditujukan untuk kepentingan umat manusia.

Apa hubungannya bulan suci dan menahan nafsu? Tentu menjadi terkait jika dilihat dari 2 aspek, yang pertama, aspek rutinitas keseharian yang peluh liku dan dinamikanya, yang kedua, aspek momentum bulan suci sebagai wahana refleksi dan instropeksi.

Seperti yang sudah berulang kali kita alami bahwa tuntutan duniawi telah menarik kita dalam 2 arus besar, yaitu sesuatu yang ideal dan sesuatu yang pragmatis. Sesuatu ideal dapat dipandang sebagai anugerah akal yang diberikan Sang Pencipta terhadap mahkluknya, berguna untuk menuntun setiap perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan pragmatisme dapat dipandang sebagai motivasi atau nafsu untuk mencapai sesuatu. Nafsu akan menjadi posisitif tatkala berada dalam batasan-batasan norma kehidupan yang ada, tetapi menjadi negatif manakala hanya berangkat dari sesuatu yang emosionalitas belaka.

Akhirnya kita dapat menempatkan bulan suci Ramadhan sebagai sebuah momentum tatkala dijadikan sebagai bahan refleksi dan renungan. Lihat saja berbagai aktivitas manusia yang berkembang sehari-harinya. Dari bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dll, semuanya berjalan berkejaran satu sama lainnya maupun diantara didalamnya.

Kalau terakhir kita melihat bagaimana perkembangan situasi yang menempatkan manusia sebagai pihak yang memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu, sedangkan pihak manusia lainnya berbuat sama dengan kepentingan yang berbeda ataupun sama. Dapat dibayangkan potensi benturannya? Apalagi dengan klaim satu dengan yang lainnya dengan melakukan pembenarannya.

Syahwat kekuasaan adalah salah satu jenis contoh yang dapat kita saksikan. Sekali lagi sebagai motivasi ini kita maklumi, tetapi sebagai tindakan berlebihan yang tidak mengindahkan norma-norma perjuangan itu sendiri akan menjadikan sesuatu yang merusak.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa keserakahan dan nafsu manusia telah sedikit banyak menghancurkan peradaban manusia. Meskipun di sisi lain dari kehancuran menghasilkan pembangunan, tetapi pembangunan yang berangkat dari penghancuran pastilah berbuah luka. Dapat kita lihat dari perang dunia I, perang dunia II, perang dingin, pembantaian massal 1965 di Indonesia, kasus tanjung priok, 27 juli, penculikan aktivis, dll.

Kenyataan tersebut diatas tidaklah lepas dari nafsu politik yang dimiliki segelintir orang yang kebetulan memegang tampuk kekuasaan. Bukan bermaksud saling menyalahkan, tetapi kenyataannya tersebut menggoreskan luka yang sangat mendalam dan tidak bisa hilang begitu saja.

Konteks kini tak dipungkiri lagi, rasa nafsu juga masih besar melanda anak bangsa. Salah satunya dengan semakin terbukanya sistem politik di Indonesia, bayangkan saja semua orang atas nama individu dapat melakukan apa saja. Dengan klaim dukungan dari rakyat dan kekuatan modal alias logistik yang hebat semua seakan bisa diraih. Inilah kenyataan di depan mata kita.

Andaikan kita terus menerus dibalut rasa nafsu yang tak terakhiri tentu saja terjadi jarak satu dengan yang lainnya. Sekali lagi motivasi dan nafsu di dalam diri manusia dapat menjadi lumrah dan dimaklumi, sepanjang diiringi oleh pandangan-pandang hidup yang ideal.

Oleh karenanya menjadi relevan untuk saat ini, di bulan suci Ramadhan 1429 H kita sama-sama melakukan refleksi dan instropeksi diri. Apalagi tuntutan untuk berbagi rasa sudah menjadi kemutlakan berjuang bagi siapapun juga. Bagi siapapun orangnya, dari yang paling taat beribadah sampai yang sebaliknya, yang namanya saling merasakan adalah kemutlakan. Mudah-mudahan saja ibadah puasa di bulan suci ini, selain dapat menahan nafsu, bukan saja makan minum, juga dapat mempertebal kepedulian terhadap sesama, utamanya terhadap kaum dhuafa alias kaum marhaen. (Red)

Upacara Bendera Mengiringi HUT RI Ke-63

Vol. 6/September 2008/Hal. 3

Upacara Bendera Mengiringi HUT RI Ke-63

KEMERDEKAAN RI Ke-63 dirayakan secara khidmat oleh DPP PDI Perjuangan berupa Upacara bendera di depan lapangan parkir halaman sekretariat DPP PDI Perjuangan. Acara yang diselenggarakan tepat Jam.10.00 WIB berlangsung cukup khusyuk, diiukuti oleh segenap jajaran partai, diantaranya DPD PDI Perjuangan, DPC PDI Perjuangan, PAC PDI Perjuangan, Ranting PDI Perjuangan, Sayap Partai, Fraksi PDI Perjuangan, bahkan masyarakat setempatpun ikut berpartisipasi, yaitu diwakili oleh RT, RW, Dekel dan tokoh masyarakat setempat.

Upacara bendera dipimpin oleh instruktur upacara yaitu Sekjen DPP PDI Perjuangan, Pramono Anung Wibowo, sedangkan Ketua DEPERPU, HM Taufik Kiemas membacakan Pancasila, disusul oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo membacakan Pembukaan UUD 1945, diakhiri oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Adang Ruchiatna. Pengibaran bendera dilakukan oleh pasukan pengibar bendera dari Bekasi, disertai oleh group paduan suara dari Taruna Merah Putih.

Dalam arahannya, instruktur upacara menekankan akan hal sejarah perjuangan bangsa yang telah menempatkan Indonesia sebagai kesatuan. Serta ditambahkan tentang keprihatinan kondisi bangsa akhir-akhir ini, mulai dari kebijakan pemerintah yang tidak dapat menahan laju kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sampai ruwetnya tata kelola pemerintahan. Selanjutnya ketua panitia, Maruarar Sirait menyampaikan sambutannya sebagai panitia pelaksana sekaligus mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak.

Usai upacara bendera, acara dilanjutkan dengan aneka perlombaan yang melibatkan warga sekitar. Beberapa perlombaan diantaranya, lomba panjat pinang, tarik tambang, catur, menggambar katagori anak-anak, menyanyi, dan masih banyak lagi jenis perlombaan lainnya. Di saat perlombaan berlangsung, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Hj Megawati Soekarnoputri berkunjung menghadiri para peserta perlombaan.

Meskipun acara upacara bendera dan peringatan HUT RI ke-63 berlangsung ditengah proses penetapan Daftar Calon Sementara anggota legislatif, namun suasana tetap kondusif dan kemeriahan acara tetap antusias diikuti oleh para undangan yang hadir di lokasi. Misalnya rombongan DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur bersemangat mendukung tim tarik tambang dan panjat pinang, alhasil tim panjat pinang dari Jakarta Timur yang berintikan anggota Satgas PDI Perjuangan Jakarta Timur mampu mengalahkan tim dari Jakarta Barat untuk memenangkan perlombaan.

Tidak kalah serunya pada saat lomba suami joget istri, para warga masyarakat yang ada di lokasi berkumpul semua untuk menonton jenis perlombaan yang memanglah belum pernah dilombakan. Apalagi panitia mensyarakatkan sebelum digendong dan adu lari, sang suami terlibeh dahulu merayu istrinya di depan warga. Tentunya suasananya menjadi riuh riah, berulang kali pembaca acara memberikan semangat tak henti-hentinya.

Acara diakhiri sore harinya oleh panitia, diantaranya tampak dari Repdem, Aji Kusuma, dari Taruna Merah Putih, Yuke Yurike, serta beberapa Ketua DPC PDI Perjuangan, diantaranya WA William Yani dari Jakarta Timur. (Red)

ISTILAH K i r i

BERITA KITA

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.4

ISTILAH

K i r i

PERTAMA-TAMA, kita runut dulu sejarah istilah kiri yang menyeramkan ini. Awalnya istilah kiri dan kanan digunakan untuk menunjukkan afiliasi politik seseorang di awal era Revolusi Prancis.

Asal muasalnya sangat sederhana, cuma soal tempat duduk para anggota legislatif di Prancis sana pada tahun 1791. Waktu itu, raja masih jadi kepala negara (dalam konteks formal), dan pendukung kerajaan yang konservatif (kaum feodal) duduk di sebelah kanan ruang sidang legislatif, sedangkan kelompok radikal (kaum Montagnards) duduk di sebelah kiri ruangan.

Pemisahan ini mencerminkan tingkat keberpihakan masing-masing kelompok pada rezim lama (baca: para aristocrat). Maka kala itu kaum kanan adalah kelompok pendukung para aristocrat dan keluarga kera jaan Sedangkan kaum kiri diartikan sebagai kelompok yang menjadi oposisi.

Namun lama kelamaan, pemisahan siapa kiri dan siapa kanan jadi jauh lebih kompleks. Misalnya waktu revolusi Bolshevik rusia, jelas Stalin dan para pendukungnya masuk di golongan kiri.

Di Indonesia, kiri acap kali diartikan secara sempit sebagai PKI/Komunis/Sosialis tanpa mengenali sejarah maupun pemaknaan kata-kata tersebut secara benar. Ya, tidak heran kalau ujungnya jadi salah kaprah tiada tara. Ada baiknya kita mencoba menggali lagi, arti dari tiap-tiap kata yang berseliweran di sekeliling kita, daripada lantas mendekam dalam kebingungan abadi gara-gara indoktrinasi rezim yang gemar berdusta.

Tapi semua kembali pada pilihan masing-masing orang: Apakah hendak menggali tiap kata dan memaknainya dengan merunut sejarah kata itu? Terserah saja, ang penting kita menentukan pilihan itu secara sadar, dan siap dengan segala konsekuensinya. (desiyanti)

MENANGKAN PEMILU 2009, REBUT HATI RAKYAT !!!

BERITA KITA

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.4

MENANGKAN PEMILU 2009, REBUT HATI RAKYAT !!!

1. CEK & DATA ULANG DAFTAR PEMILIH SEMENTARA (BATAS 30 SEPTEMBER 2008)

2. LENGKAPI KEPENGURUSAN POKJA DI SEMUA PELOSOK JAKARTA TIMUR (PELANTIKAN OKTOBER 2008)

3. SIAPKAN CALON SAKSI TPS SEBANYAK 2 ORANG PER TPS (NOVEMBER 2008)

4. MENANGKAN PEMILIHAN CALON DEWAN KOTA DI SETIAP KELURAHAN (SEPTEMBER 2008)

5. BERSOSIALISASI AKTIF NOMOR 28 (PDI PERJUANGAN)

S U A R A P E M B A C A V I A S M S

BERITA KITA

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.4

S U A R A P E M B A C A V I A S M S

Ass.. Selamat menunaikan ibadah puasa wajib, semoga kita kembali suci atas ampunan, berkah dan ridho Allah SWT. Mohon Maaf. Wass

+628158353xxx

H. Moh. Nakoem. AR

Selamat menunaikan Ibadah Puasa, semoga dapat diterima apa yang dicita-citakan

02199098xxx

Karsidan-PAC Matraman

Selamat mnunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1429 H. Mhn maaf Lahir Bathin. Semoga Allah SWT emberikan RidhoNYA kepada kita sekalian dalam bulan suci ini. Dan semua amal ibadah kita diterima. Amin

+62811101xxx

Adang Ruchiatna-Ketua DPD

Slmt Buka puasa, Marhaban ya Ramadhan

+628128143xxx

Rieke D Pitaloka

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU

Putra/i dari Bapak Tardo

(Rawaterate, Cakung)

Agenda Agustus i:

1. Rapat Rutin DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur

2. Rapat DPC-PAC PDI Perjuangan

3. Konsolidasi pembentukan Pokja

4. Buka Puasa Bersama

5. Penetapan Daftar Pemilih Tetap

6. Rekrutmen Calon Saksi

TURUT BERDUKA CITA

Almarhum Bapak H. Subroto

(Wakil Ketua PAC Duren Sawit)

“S’moga Keluarga Yang Ditinggalkan Diberi Ketabahan & Kesabaran”

H. MOH NAKOEM AR, SIP

BERITA TOKOH

PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.5

H. MOH NAKOEM AR, SIP

Perjuangan Adalah Ibadah

DILAHIRKAN di Banyumas 12 Agustus 1945, H. Moh Nakoem AR, atau akrab di sapa Pak Haji Nakoem adalah sosok pejuang partai yang patut diteladani.

Perjalanan karier di PDI Perjuangan membuktikan itu semua. Memulai sebagai anggota partai sejak awal-awal fusi Partai Demokrasi Indonesia, tepatnya tahun 1974 membuat dirinya sudah makan asam garam dunia partai. Tugas Partai silih berganti, dari Korcam PDI, Kordes, Komdes, Komca, Kembali lagi menjadi Korcam, sampai akhirnya tahun 1994 dipercaya menjadi Sekretaris DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur sampai tahun 2000. Inilah Pak Haji Nakoem memulai kariernya di parlemen ibukota alias Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Karier di Partai berlanjut hingga menjadi Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Provinsi DKI Jakarta tahun 2000-2005, dengan terpilih lagi menjadi Anggota DPRD, tak tanggung-tanggung saat ini menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi DKI Jakarta, dan berlanjut pengabdiannya di Partai sekarang sebagai fungsionaris DPP Baitul Muslimin Indonesia.

Pak Haji Nakoem memiliki kepribadian dan perilaku politik yang sangat dikagumi oleh para kader Partai, diantaranya selalu siap setiap saat untuk menerima maupun bersedia menjadi tempat tukar pikiran. Itu dapat dilihat aktivitasnya di kediamannya, hampir setiap hari menerima tamu dari berbagai kalangan, itu pula yang membuat Pak Haji Nakoem cukup populis di mata kader partai.

Sebagai bentuk pengabdian, kapanpun proses perjuangan senantiasa ditempatkan sebagai Ibadah. Ini pula yang mjendorongnya dalam menghadapi Pemilu 2009, Pak Nakoem sedianya akan menjadi salah satu Calon Senator DKI Jakarta yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Dalam salah satu kesempatan dikatakan, “Sederhana saja motifnya, yaitu saya berkeinginan mengembalikan hak-hak Jakarta dari pemerintah pusat, serta berniat menciptakan tatanan masyarakat Jakarta yang sejahtera, dan ini pula bagian pengabdian saya untuk Republik melalui DPD RI, artinya semuanya ini adalah perjuangan sekaligus sebagai ibadah” ujarnya.

Sosoknya yang sederhana dan populis membuat banyak kalangan optimis. (Red)

Pers Tidak Berpihak

BERITA TOKOH
PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.5

Pers Tidak Berpihak

PENYUDUTAN pemberitaan terhadap PDI Perjuangan akhir-akhir ini tidak terlepas dari motif politik dari segelintir insan pers. Menurut Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, WA William Yani, penyudutan itu terlihat sistematis, ini dilakukan oleh beberapa media tertentu.

Bayangkan saja, aktivitas Partai pro warga seperti pendampingan terhadap warga yang mengalami kesulitan tidak termuat, sedangkan hal-hal yang mencitrakan negatif malah terekspos besar-besaran, ujarnya. Bahkan ada media tertentu yang sangat tidak kritis terhadap kebijakan pemerintah, padahal jelas-jelas kebijakan tersebut membuat rakyat semakin sulit.

Sepenuhnya kami sadar bahwa kritik yang dilakukan pers dapat menempatkan Partai melakukan instropeksi, sepanjang kritik memanglah sepantasnya dan memenuhi aspek keadilan. Jangan sampai yang terjadi hanya tendensius yang menyudutkan sepihak saja, apalagi berangkat atas motif politik tertentu.

Akan tetapi sebagai Partai yang berbasis pada kader dan massa, prinsipnya PDI Perjuangan selalu siap dan tanggap terhadap apapun yang terjadi. Oleh karenanya organisasi partai sebagai mesin politik terus dilakukan pembenahan-pembenahan serta pematangan, gunanya untuk dapat menyampaikan pesan-pesan ide, kebijakan maupun program partai kepada masyarakat luas.

Tatantangan yang semakin keras menuntut kami melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas tindakan, apalagi sekarang budaya kerja organisasinya sudah semakin produktif. (Red)

Ambulance PDI Perjuangan, Tulang Punggung Aksi Sosial

BERITA BASIS
PANJI OPOSISI
Vol. 6/September 2008/Hal. 6

Ambulance PDI Perjuangan, Tulang Punggung Aksi Sosial

MUSIBAH kematian yang dialami anggota warga masyarakat di berbagai pelosok Jakarta Timur membuat kebutuhan akan kendaraan pengangkut jenazah sangat dibutuhkan. Apalagi dengan keterbatasan penyediaan ambulance oleh berbagai institusi pemerintah, belum lagi biaya sewa ambulance yang tidak merata satu dengan yang lainnya.

Pencanangan aksi sosial PDI Perjuangan terhadap warga masyarakat menuntut tindakan aktif segenap jajaran kader partai di setiap pelosok. Karena sifatnya musibah maka datangnya dapat sewaktu-waktu, bisa pagi, bisa siang, bisa sore, bisa malam, bahkan dini hari sekalipun. Memang sampai saat ini ambulance yang dikelola DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur tidak sekedar untuk pengangkutan jenazah, tetapi juga untuk mengangkut pasien dari masyarakat yang sedang membutuhkan, dalam hal ini sakit keras.

Salah satu fungsionaris DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, Jamaludin mengatakan, sampai saat ini terhitung sekitar 12 bulan Ambulance dikelola DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, sudah 109 kali penggunaan oleh masyarakat. Tetapi karena kondisi kendaraan cukup rentan kerusakan maka penggunaan hanya di daerah Jakarta dan sekitarnya saja.

Sebagai contoh di kelurahan Kayu putih, penggunaan Ambulance sudah dilakukan hamper 10 kali, hal ini ditegaskan oleh oleh salah satu Pengurus Ranting PDI Perjuangan setempat, M Nasir, “bukan itu saja-” bahkan saat ini banyak warga masyarakat malah berinisiatif membuat KTA dan menanyakan setiap program kegiatan PDI Perjuangan, artinya masyarakat sangat merasakan” uajarnya. Belum lagi terakhir di Utan Kayu Selatan dikemukakan oleh satu kader PDI Perjuangan, Yuli Susianto, “ditengah belum pastinya pengadaan ambulance yang dibutuhkan salah satu warga kami, ternyata pengajuan Ambulance PDI Perjuangan langsung ditanggapi, saya benear-benar mengucapkan terima ksih” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui bahwa Ambulance ini dioperasikan oleh pejuang-pejuang partai, diantaranya Bung Damar, Pak Agus, Bung Zulfikar, Bung Lyden, dkk. Meski dengan kondisi terbatas tetapi tetap punya tekad untuk melayani. (Red)

Rekonstruksi & Refleksi Tragedi 1965

BERITA PENDIDIKAN POLITIK
PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.7

Rekonstruksi & Refleksi Tragedi 1965

Oleh : BT Wardaya, SJ

LEMBARAN paling hitam dalam sejarah Indonesia, yakni Tragedi 1965. Dalam tragedi itu ada tujuh orang perwira tinggi Angkatan Darat ditangkap dan dibunuh sebagai akibat operasi militer yang diadakan oleh Letkol Untung Syamsuri dkk. Selang beberapa waktu kemudian ada ratusan ribu rakyat Indonesia yang dalam tempo beberapa bulan tewas dibantai oleh sesama warga negara. Lebih lanjut, selama dekade berikut, ingatan akan tragedi yang terjadi pada tahun 1965-66 itu terus diproduksi dan dikemas sedemikian rupa hingga menjadi alat efektif untuk melayani berbagai kepentingan kelompok.

Oleh karena itu dalam berbicara mengenai Tragedi ’65 kita perlu merinci dan menyoroti tiga unsur penting yang tampak tak terpisahkan namun sebenarnya berbeda. Ketiganya adalah: (a) operasi militer Letkol Untung dkk, (b) pembunuhan massal; dan (c) produksi ingatan atas tragedi tersebut. Tanpa bermaksud membela atau menyalahkan PKI maupun berbagai pihak lain yang terlibat.

Operasi Militer Letkol Untung Dkk

Ketika orang berbicara mengenai peristiwa G30S tahun 1965 biasanya versi yang secara resmi dan umum berlaku adalah sebagai berikut. Pada tanggal 30 September 1965 melalui Pasukan Cakrabirawa, PKI telah melancarkan kudeta dengan jalan membunuh tokoh-tokoh tertinggi militer Indonesia di Jakarta. Begitu kejamnya orang-orang PKI itu sehingga enam orang Jendral plus seorang Kapten telah menjadi korban. (Dalam salah satu operasi penangkapan, seorang Jenderal berhasil lolos dari upaya itu, namun putrinya tewas secara mengenaskan di tangan PKI) Kekejaman PKI berlanjut di Lubang Buaya, dengan jalan menyayat-nyayat tubuh para Jendral. Sekelompok perempuan yang tergabung dalam organisasi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) bahkan memotong alat-alat vital para Jendral itu sambil menari-nari di tengah orgi yang disebut “pesta harum bunga”. Mata sebagian para korban juga dicungkil dengan alat khusus. Inilah versi resmi yang dipaparkan penguasa pemerintah orde baru.

Pembunuhan Massal.

Apapun jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul di seputar kejanggalan atau misteri versi resmi di atas, telah diketahui bahwa dalam waktu singkat operasi militer yang dipimpin oleh Letkol Untung dkk itu diketahui umum, pada 2 Oktober dinyatakan gagal. Koran PKI Harian Rakjat sempat menyatakan dukungan kepada operasi militer Letkol Untung, tetapi siapa sebenarnya yang membuat pernyataan itu masih diperdebatkan. Letkol Untung pun melarikan diri ke luar Jakarta. Bersamaan dengan itu tercerai-berai pula para pelaku utama G30S. Sejak itu berlangsung masa yang relatif tenang, dalam arti tak terjadi pergolakan sosial besar-besaran di masyarakat, meskipun di sana-sini muncul suasana tegang akibat pembunuhan Jenderal di Jakarta.

Pergolakan sosial baru terjadi sekitar tanggal 20-21 oktober, ditandai dengan pembunuhan missal yang berlangsung di Jawa Tengah, khususnya di Klaten dan Boyolali. Pembunuhan massal itu baru terjadi sekitar 2-3 minggu setelah berlangsungnya operasi militer G30S. Pembunuhan massal itupun terjadi secara bergelombang. Pada bulan Oktober pembunuhan terjadi di Jawa Tengah, selanjutnya pada bulan November merembet ke Jawa Timur, dan baru pada bulan Desember terjadi di Pulau Bali.

Pembunuhan itu sendiri berlangsung secara sungguh keji dan sungguh massal. Pada dinihari tanggal 23 Oktober 1965, misalnya, di Boyolali ada sekitar 250 orang yang dibunuh secara beramai-ramai, termasuk seorang guru SD dan istrinya yang dilempar ke sumur dalam keadaan hidup-hidup. Dalam keadaan tak menentu, banyak warga keturunan Cina di Semarang, Yogyakarta dan Surakarta juga menjadi korban amuk massa. Tindakan kejam serupa terjadi di berbagai tempat lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan sejumlah lokasi di luar Jawa. Jumlah pasti tentang berapa korban yang tewas sulit ditentukan, tetapi umumnya berkisar antara setengah juta sampai satu juta jiwa. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa dari segi skala kekejaman dan jumlah, pembantaian massal 1965 di Indonesia merupakan salah satu kekejian kemanusiaan di luar perang yang paling mengerikan.

Berkaitan dengan pembunuhan massal itu, banyak hal yang bisa dipertanyakan. Antara lain, mengapa pembunuhan massal itu tidak berlangsung secara serempak, melainkan bergelombang atau bergiliran? Adakah faktor-faktor tertentu yang menjadi pemicu bagi mulainya pembunuhan massal itu di masing-masing daerah? Bahwa sejak diberlakukannya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan UUBH (Undang-undang Bagi Hasil) pada tahun 1964 terjadi ketegangan antara PKI dan para tuan tanah memang betul; tetapi mengapa pembantaian di masing-masing daerah itu baru mulai terjadi pada tahun 1965 dan itupun pada bulan-bulan terakhir tahun tersebut dan awal tahun 1966? Benarkah dugaan karena setalah datang dan peran aktifnya pasukan RPKAD? Di beberapa tempat, pembantaian berlangsung justru pada tahun 1967-1968, saat ketika konon PKI telah berhasil ditumpas. Dan korbannya ternyata memang bukan hanya para anggota PKI. Mengapa?

Produksi & Reproduksi Ingatan

Oleh kelompok-kelompok kepentingan tertentu produksi dan reproduksi ingatan menurut versi resmi atas Tragedi 1965 itu dipandang penting, karena hal itu dapat digunakan untuk menakut-nakuti masyarakat sehingga mudah dikontrol. Ia berfungsi sebagai sistem pengawasan yang dominan tapi tak mudah diduga. Pembubuhan kode “ET” (Eks Tapol) pada KTP milik orang-orang yang melawan kebijakan penguasa, misalnya, membuat orang-orang itu ketakutan dan berpikir dua kali kalau tak mau tunduk pada pemerintah orde baru.

Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rejim Orde Baru (LPR KROB)

BERITA SOSOK
PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.8

ORGANISASI RAKYAT

Lembaga Perjuangan Rehabilitasi

Korban Rejim Orde Baru (LPR KROB)

DIDIRIKAN sebagai wadah perkumpulan dengan harapan guna mendapatkan rehabilitasi nama baik anggota-anggota. Berawal dari keterbukaan pasca turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan, kemudian beberapa perorangan melakukan komunikasi satu dengan yang lainnya, dan akhirnya di tahun 2000 lahirlah Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rejim Orde Baru (LPR KROB).

Seperti diketahui, bahwa LPR KROB merupakan sekumpulan korban politik pasca G30S 1965 yang masih beruntung lolos dari tragedi pembantaian massal kala itu. Menurut Ketua LPR KROB Jakarta Timur, H Endang Darsa, tujuan utamanya adalah mengembalikan motivasi hidup akan sikap putus asa yang menghinggapi berpuluh-puluh tahun para korban dan keluarganya. Jujur saja selama ini kita dianggap sampah masyarakat oleh rejim orde baru, KTP kami saja di cap Tapol/Napol, ujarnya.

Saat ini aktivitas lembaga ini membangun komunikasi antar anggota dan keluarga, bentuknya berupa pertemuan bulanan dengan jalan arisan dan pembentukan koperasi simpan pinjam, meskipun hanya kecil-kecilan. Ini sekaligus meneruskan perintis LPR KROB Jakarta Timur seperti, Nurdamwiajaya, Siam Samsuhari, dll.

Harapan sekaligus tuntutan kami saat ini tidak neko-neko, yaitu rehabilitasi nama baik kami, menegakkan kebenaran dan keadilan, syukur-syukut ini dapat meluruskan sejarah yang sudah dibelokkan. Kami ini dulunya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan, loyalis Bung Karno, tetapi malah dijadikan penjahat oleh Soeharto, imbuh H. Endang Karsa, yang pernah aktif di Pemuda Rakyat, serta mendekam di penjara selama 7 tahun.

Diskriminasi masih dialami, contohnya saja dalam pengisian institusi pemerintahan, masih saja ada penyeleksian terhadap orang-orang yang dianggap terlibat G30S. Menurut Wahono, mantan aktivis Guru Rakyat Indonesia, saya sudah tua dan pernah dipenjara 13 tahun, harapannya sederhana, ingin melihat Indonesia yang berkeadilan secara politik dan ekonomi seperti cita-cita kemerdekaan. Mudah-mudahan generasi muda penerus bangsa dapat memahami ini. (Red)

TATANG RUSFANDI

BERITA SOSOK
PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.8

TATANG RUSFANDI

Ulet Menghadapi Masalah

JABATANNYA sebagai wakil rakyat dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta, membuat pria yang akrab disapa Pak Tatang ini cukup intens berinteraksi dengan warga.

Lahir di Subang, 7 April 1955, memiliki perjalanan sejarah di Partai cukup panjang. Berawal sebagai pengurus KOMDES PDI di era 1980-an kemudian saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pemerintahan DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur 2005-2010.

Pemilihan Legislatif di tahun 2004, yang kala itu menjabat sebagai Sekretaris DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, telah menghantarkan dirinya sebagai anggota parlemen di Ibukota. Selain di partai, memiliki pengalaman sebagai aktivis Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) sehingga membuatnya relatif terbiasa mengahadapi masalah yang dihadapi warga.

Harapannya ke depan, partai dapat memperbaiki kualitas pelayan terhadap warga, utamanya tentang pengelolaan suara warga. Karena prinsipnya anggota DPRD itu adalah wakil rakyat melalui partai, ujarnya. (Red)

HERI NUSWANTORO

BERITA SOSOK
PANJI OPOSISI

Vol. 6/September 2008/Hal.8

HERI NUSWANTORO

Melayani Bukan Dilayani

LAHIR di Pati 31 Mei 1964, menjadikan pria yang sapa diakrab Bung Heri cukup kental bawaan jawanya. Dengan latar belakang disiplin ilmu tekhnik membuat Bung Heri selalu menekankan

akan perhitungan-perhitungan secara politk dan organisional.

Memulai kariernya di Partai sebagai Ketua Pengurus Ranting PDI Perjuangan Kelurahan Kampung Rambutan 2002-2007, kemudian saat ini menjabat sebagai Wakil sekretaris Bidang Ekternal DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur 2005-2010. Ditengah kesibukannya sebagai kontraktor tetap berusaha untuk meluangkan waktu aktif di partai.

Menurut mantan Ketua Karang Taruna Kecamatan Ciracas tersebut, ke depan Partai harus semakin baik seiring dengan perkembangan jaman, artinya partai harus lebih aspiratif alias berupaya maksimal untuk melayani bukan dilayani, imbuhnya, nampaknya ini bukan lagi sebagai sekedar pandangan tetpi harapan bersama. (Red)